top of page

Lebih dari sekadar potong rambut: Strategi Marco's Chop Shop menaklukkan pasar premium Indonesia

Updated: May 6

Campaign Indonesia


Amrit Harjani mengubah frustasi pribadi menjadi peluang bisnis, mengembangkan Marco's Chop Shop menjadi pemimpin pasar grooming premium Indonesia.


Dalam industri yang semakin kompetitif, menemukan ruang untuk diferensiasi menjadi kunci keberhasilan. Kisah Amrit Harjani dan Marco's Chop Shop menunjukkan bagaimana memahami kebutuhan pasar yang belum terpenuhi dapat menjadi fondasi bisnis yang kuat. Perbincangan Campaign Indonesia dengan Amrit mengupas strategi bisnis, pemasaran, dan pengembangan merek yang membawa barbershop premium ini dari satu gerai menjadi 16 lokasi strategis dalam satu dekade terakhir.


Dari frustrasi konsumen menjadi peluang bisnis

"Saya sering berkunjung ke barbershop di Jakarta karena memiliki jenggot. Namun, banyak barber menolak merawat jenggot saya karena mereka merasa prosesnya terlalu lama dan akan kehilangan pelanggan lain," ungkap Amrit Harjani saat menceritakan awal mula bisnisnya pada 2015.


Ketidakpuasan ini berlanjut pada aspek lain: tempat yang tidak nyaman, fasilitas minimal, produk berkualitas rendah, dan tidak adanya standar pelayanan. Dengan latar belakang di bidang perhotelan, Amrit melihat kesenjangan antara harapan konsumen dengan realitas pasar saat itu.


"Kalau hotel bintang lima bisa memberikan pelayanan prima, mengapa barbershop tidak bisa?" Pertanyaan inilah yang mendorong Amrit mendirikan Marco's Chop Shop, sebuah barbershop yang tidak hanya menawarkan jasa potong rambut, tetapi pengalaman grooming menyeluruh.


Membangun identitas merek yang berbeda

Ketika membangun brand, Amrit menghindari penggunaan kata "barbershop" dan memilih "Chop Shop" untuk membedakan diri dari kompetitor. "Kami ingin tampil berbeda. 'Chop Shop' bisa diartikan sebagai tempatnya orang-orang dengan keterampilan tangan," jelasnya.


Meski demikian, pilihan nama ini menciptakan tantangan tersendiri pada pencarian Google. Banyak konsumen yang mencari dengan kata kunci "barbershop terdekat" tidak menemukan Marco's Chop Shop. Setelah bertahan tujuh tahun, mereka akhirnya menambahkan kata "barbershop" pada daftar bisnis mereka.


Filosofi bisnis yang diusung tercermin dalam tagline "It's more than a haircut", menegaskan bahwa yang mereka jual bukan sekadar jasa potong rambut, melainkan jasa premium secara keseluruhan.


Konsistensi sebagai kunci ekspansi

Perjalanan dari satu gerai hingga 16 outlet dalam 10 tahun bukan tanpa tantangan. Amrit mengidentifikasi dua kendala utama dalam ekspansi: mendapatkan lokasi strategis dan mempertahankan konsistensi layanan di semua gerai.


"Menjaga konsistensi di 16 lokasi dengan ratusan karyawan membutuhkan sistem yang ketat," jelasnya. Marco's Chop Shop menerapkan standard operating procedure (SOP) yang terinspirasi dari pengalaman Amrit bekerja di Burger King.


"SOP kami sangat kuat karena merupakan adaptasi dari SOP Burger King. Seperti burger yang rasanya sama di seluruh dunia, kami ingin layanan kami konsisten di semua gerai," ujarnya.


Pendekatan ini terbukti efektif. Dari 16 outlet yang beroperasi saat ini, tersebar di lokasi-lokasi strategis di Jakarta dan Bali, masing-masing mampu mempertahankan standar pelayanan yang sama. Tim manajemen yang terdiri dari 12 profesional mengawasi operasional 168 karyawan untuk memastikan konsistensi ini tetap terjaga.


Evolusi layanan sebagai strategi mempertahankan keunggulan

Marco's Chop Shop memulai bisnisnya dengan layanan dasar potong rambut dan cuci rambut. Namun, seiring waktu, mereka terus berinovasi hingga kini menawarkan 18-20 layanan spesialis.


"Kami memperkenalkan layanan nose wax, ear waxing, dan ear singeing yang sebelumnya tidak tersedia di Jakarta. Sekarang, banyak barbershop mengikuti jejak kami," kata Amrit.


Alih-alih khawatir dengan peniruan, Marco's Chop Shop justru terus berinovasi. Mereka telah mengembangkan lini produk perawatan sendiri, dua pomade dan gel cukur, dengan rencana menambah sabun, sampo, dan varian pomade lainnya sebelum akhir tahun.


"Produk-produk ini akan dijual di pasar modern, platform online, gerai kami, dan bahkan di barbershop lain," jelasnya, menggambarkan strategi diversifikasi yang cerdas untuk memperluas bisnis melampaui layanan.


Mengapa Marco's Chop Shop menolak strategi influencer

Menariknya, meski banyak bisnis mengandalkan pemasaran influencer, Marco's Chop Shop justru menemukan bahwa strategi ini tidak selalu efektif untuk bisnis jasa seperti miliknya.


"Ada perbedaan fundamental antara produk dan jasa dalam pemasaran influencer," jelas Amrit. "Ketika influencer merekomendasikan produk, orang bisa langsung membelinya dari tempat tidur mereka. Tapi dengan rekomendasi potong rambut, ada jeda waktu yang cukup panjang hingga esok pagi bagi konsumen untuk mengingat dan bertindak, dan sering kali, mereka sudah lupa."


Pengamatan ini mendorong Marco's Chop Shop untuk lebih fokus pada pengalaman pelanggan yang luar biasa sebagai strategi pemasaran utama mereka. "Cara terbaik adalah memberikan layanan yang begitu istimewa sehingga pelanggan dengan sendirinya akan menceritakannya kepada orang lain," ujar Amrit.


Pendekatan ini didukung oleh sistem pengukuran yang memantau jumlah pelanggan baru setiap bulan melalui program loyalitas mereka. Meski tetap menggunakan iklan Meta dan publikasi sebagai strategi pendukung, word-of-mouth tetap menjadi jalur akuisisi pelanggan yang paling efektif.


Integrasi teknologi untuk pengalaman pelanggan yang mulus

Tiga bulan lalu, Marco's Chop Shop meluncurkan ekosistem digital terintegrasi yang menghubungkan pelanggan, tukang cukur, dan manajemen melalui aplikasi MCS (Marcos' Chop Shop)Rewards. Sistem ini memungkinkan pelanggan memeriksa ketersediaan waktu, membuat reservasi, dan menerima notifikasi secara real-time.


"Saat pelanggan membuat janji melalui aplikasi, kasir dan tukang cukur langsung menerima notifikasi," jelas Amrit. "Bahkan jika tukang cukur sedang di rumah dan baru akan masuk kerja beberapa jam lagi, mereka sudah tahu jadwal mereka."


Aplikasi ini juga mengintegrasikan program loyalitas yang memberikan cashback 10% untuk setiap transaksi dan program keanggotaan premium yang menawarkan diskon tetap 20% di semua gerai bagi pemegang kartu Gold dan Silver.


Investasi teknologi ini mencerminkan komitmen Marco's Chop Shop untuk terus meningkatkan pengalaman pelanggan, membuktikan bahwa bahkan bisnis tradisional seperti barbershop dapat memanfaatkan digitalisasi untuk keunggulan kompetitif.


Rencana ekspansi yang ambisius

Setelah sukses di Jakarta dan Bali, Marco's Chop Shop kini merencanakan ekspansi yang lebih luas. "Kami akan menyebar dari Jakarta ke luar, mungkin ke Bandung, Surabaya, Makassar, dan Kalimantan," kata Amrit.


Yang menarik, perusahaan juga mempertimbangkan ekspansi internasional sebagai alternatif yang lebih menarik dibandingkan ekspansi ke kota-kota kecil di Indonesia. "Jarak ke Singapura atau Kuala Lumpur sebenarnya sama dengan jarak ke Kalimantan atau Surabaya. Secara logistik, ekspansi internasional mungkin lebih masuk akal," jelasnya, menunjukkan pendekatan pragmatis dalam pertumbuhan bisnis.


Dengan kombinasi ekspansi outlet dan pengembangan lini produk, Marco's Chop Shop bersiap untuk fase pertumbuhan berikutnya. Target mereka adalah memiliki "daftar panjang SKU pada akhir tahun" dan memperluas jejak geografis mereka secara signifikan dalam beberapa tahun ke depan.


Delegasi sebagai kunci pertumbuhan berkelanjutan

Ketika ditanya tentang filosofi bisnisnya, Amrit menyoroti pentingnya delegasi. "Tantangan terbesar saya di awal adalah mempercayai orang lain dengan bisnis ini. Saya pikir saya bisa melakukan segalanya dengan lebih baik sendiri," akunya.


Namun, seiring pertumbuhan bisnis, ia menyadari keterbatasan pendekatan ini. "Melalui banyak trial and error, saya belajar bahwa orang lain bisa melakukannya sama baiknya atau bahkan lebih baik dari saya. Anda harus belajar mendelegasikan."


Pelajaran ini menjadi sangat relevan saat Marco's Chop Shop berkembang menjadi bisnis dengan 16 outlet dan 168 karyawan. "Anda tidak bisa melakukan segalanya sendiri. Ketika ingin menjalankan perusahaan besar, Anda membutuhkan tim yang dapat Anda percayai," tegasnya.


Pelajaran pemasaran dari perjalanan Marco's Chop Shop

Kisah pertumbuhan Marco's Chop Shop menawarkan beberapa pelajaran berharga bagi profesional pemasaran dan branding:


  • Identifikasi kesenjangan pengalaman: Kesuksesan bisa bermula dari mengidentifikasi kesenjangan antara harapan konsumen dan penawaran pasar saat ini.

  • Konsistensi adalah kunci: Standardisasi melalui SOP yang ketat memastikan pengalaman merek yang seragam di semua titik kontak konsumen.

  • Selalu berikan wow factor: Secara konsisten melampaui ekspektasi pelanggan menciptakan pengalaman yang mendorong pemasaran dari mulut ke mulut.

  • Inovasi sebagai pertahanan kompetitif: Terus memperkenalkan layanan baru mempertahankan kepemimpinan pasar, bahkan ketika kompetitor meniru penawaran awal.

  • Pilih strategi pemasaran yang tepat untuk bisnis Anda: Mengenali bahwa tidak semua taktik pemasaran populer (seperti pemasaran influencer) sesuai untuk setiap jenis bisnis.

  • Integrasikan teknologi dengan bijak: Aplikasi dan sistem digital harus memperkuat, bukan menggantikan, pengalaman manusia yang menjadi inti bisnis.

  • Ekspansi yang terencana: Pertumbuhan harus didukung oleh sistem yang memastikan konsistensi kualitas dan pengalaman merek.


Dalam pasar yang kompetitif, Marco's Chop Shop membuktikan bahwa memahami kesenjangan pasar, menciptakan pengalaman pelanggan yang luar biasa, dan berinovasi secara konsisten dapat mengubah konsep bisnis sederhana menjadi merek gaya hidup premium yang berkembang pesat.


by Aulia Masna March 12 2025


תגובות


© 202 Saggirio Communications. All Right Reserved.

bottom of page